PENGARUH KOMBINASI JARAK TANAM DAN JUMLAH BIJI PER LUBANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL TANAMAN KACANG BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.)

alfandi alfandi, Rd. Prasodjo Soedomo

Sari


Di Indonesia tanaman buncis (Phaseolus vulgarisL.) dikenal sebagai tanaman yang merambat, menggunakan lanjaran dari bambu, umumnya menggunakan jarak tanam 60 cmx30 cm. Petani tidak mengenal tanaman buncis tegak, tidak menggunakan lanjaran, walaupun bentuk polong dan rasa sama dengan yang merambat, tetapi phenotifik kanopinya berbeda, sehingga jarak tanam yang digunakan tanaman buncis rambat akan berbeda jauh dibandingkan dengan buncis tegak. Percobaan bertujuan untuk mengetahui jarak tanam tepat yang berdampak terhadap kemampuan produksi dan pertumbuhan yang labih baik. Percobaan dilakukan di Kebun Margahayu Lembang (1250 m dpl), Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), jenis tanah Andosol, dari bulan Februari sampai April 2006, menggunakan buncis tegak varietas Richgreen. Rancangan percobaan acak kelompok dengan model rancangan petak terpisah, 3 ulangan, 16 kombinasi perlakuan terdiri dari (A) Jarak tanam (plot utama) A1= 20  cm x 30 cm, A2 = 20 cm x 40 cm, A3= 20 cm x 50 cm, A4 = 20 cm x 60 cm. (B) Jumlah benih per lubang tanam (sub plot). B1 = 1 biji per lubang tanaman, B2 = 2 biji per lubang tanam, B3 = 3 biji per lubang tanam, B4 = 4 biji per lubang tanam. Hasil menunjukkan bahwa jarak tanam yang terbaik pada buncis rambat  varietas Richgreen di Indonesia adalah 20 x 30 cm dengan jumlah biji 1 butir per lubang dan dapat memberikan dampak yang lebih baik terhadap hasil dan komponennya. Peningkatan bobot hasil per tanaman tersebut berkorelasi positif terhadap jumlah daun,  jumlah polong dan panjang polong. Untuk pembanding ilmiah, diperlukan percobaan yang serupa dimusim yang berbeda (musim kemarau).


Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Aquilar, M.I., Fisher, R.A., and Kohashi, S.J. 1977. Effect of plant density and thining on high yielding dry beans Phasealus vulgaris. L. Expl. Agric. 3:325-335.

CIAT. 1980b : Descriptivc catalogne of Bean (Phaseolus vulgaris. L). Germplasm, CIAT Cali, Colombia.

Fisher, N.M, 1977. Studies ini mixed croping. I seasonal differences in relative productivity of crop mixture and pure stands in the kenya highlands. Expl. Agric. 13:177-184

Francis, C.A, 1977. Multiple cropping potencials of beans and maize, Hort. Sci: 13;12-17.

Izhar,S and Wallace, D.H., 1967. Studies of the Physiological basis for yield differences, III Genetic variation in photosynthetic efficiency of Phaseolus vulgarsis. L. Crop Sci. 7:4576-460

Louwerse, W and Zweerde, W.V.D. 1977. Photosynthetic tranpiration and leaf morphology of Phaseolus vulgaris. L and Zea may’s growth at different iradiances in artificial light and sunlight, Photosynthetica, 11:11-21.

Reichel ,S. 1992. Late crops of french beam with different cultivars. Gartenban Magazin I:91-93.

Sahat,S, Sunaryono, H dan Soaedjono, S. 1974. Introduksi Varietas kacang Jogo (Phaseolus vulgaris. L). Bul. Penel. Hort. II (2)39-42.

Saysiyati dan Listeria, MS, 1975. Pengaruh Jarak Tanam dan pemupukan terhadap produksi kacang buncis. Bul.Penel.Hort. III (4):24-28.

Subhan, 1998: Pengaruh dosis pupuk hijau terhadap hasil kacang jogo (Phaseolus vulgaris. L). Bul. Penel. Hort XVII (2), 1988)

Tanaka, A and Fujita, K. 1979 Growth, Photosynthesis and yield components in relation to gram of the field bean. J. Fac Agric. Hokkaido University 59 : 145-238.

Zahara, H dan Sunaryono, H., 1975. Pengaruh Ethyl Methyl Sulfomat (EMS) terhadap pertumbuhan dan hasil kacang Jogo. Bul.Penel.Hort. III (1):11-18.


Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.
execute(); ?>