PERTUMBUHAN DAN HASIL SEMBILAN KULTIVAR KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DALAM SISTEM TANAM TUMPANGSARI DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays Saccharata Strut)

Lupi Anggraeni, Umi Trisnaningsih, Siti Wahyuni

Abstract


Soybean cultivation can be done in monoculture or intercropping systems. The purpose of this study was to determine the growth and yield of soybean (Glycine max (L.) Merill) on intercropping with sweet corn (Zea mays Saccharata). This experiment was carried out in Getasan Village, Depok District, Cirebon Regency, from April to July 2019. The experimental method used was Randomized Complete Block Design (RCBD), with cultivars as treatments. The treatments consisted of nine soybean cultivars, namely: Agromulyo, Anjasmoro, Baluran, Burangrang, Dega 1, Ring 1, Devon 1, Grobogan, and Willis. The plot size used is 2m x 3m. Soybean spacing is 25 cm x 25 cm, whereas sweet corn is 75 cm x 25 cm. Corn is planted 10 days after planting soybeans. The results showed that there were significant effects of nine cultivars intercropped with sweet corn on the variables tested, except for the number of trifoliate leaves, stem diameter and leaf area. Grobogan's cultivar soybeans gave better growth and yields than other cultivars with a dry seed weight of 2.07 kg plot-1.


Keywords


Intercropping, Soybeans, and Sweet Corn

References


Afandi, M., Mawarni, L., & Syukri. (2013). Respon Pertumbuhan dan Produksi Empat Varietas Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Tingkat Naungan. Agroekoteknologi, 1(2), 214–226. https://doi.org/10.32734/jaet.v1i2.1539

Alim, A. S., Sumarni, T., & Sudiarso. (2017). Pengaruh Jarak Tanam dan Defoliasi Daun pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L.). Jurnal Produksi Tanaman, 5(2), 273–280.

Ceunfin, S., Prajitno, D., Suryanto, P., & Putra, E. T. S. (2017). Penilaian Kompetisi dan Keuntungan Hasil Tumpangsari Jagung Kedelai di Bawah Tegakan Kayu Putih. Savana Cendana, 2(01), 1–3. https://doi.org/10.32938/sc.v2i01.76

Chatarina, T. S. (2009). Respon Tanaman Jagung pada Sistem Monokultur dengan Tumpangsari Kacang-Kacangan Terhadap Ketersediaan Unsur Hara dan Nilai Kesetaraan Lahan di Lahan Kering. J. GaneC Swara Edisi Khusus, 3(3), 2006–2010.

Efendi. (2010). Peningkatan Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Melalui Kombinasi Pupuk Organik Lamtorogung dengan Pupuk Kandang. J. Floratek, 5(1), 65–73. https://doi.org/10.24815/floratek.v5i1.387

Herfyany, E., & Linda, R. (2013). Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) pada Media Tanah Gambut yang Diberi Abu Jerami Padi dan Pupuk Kandang Sapi. Protobiont, 2(2), 107–111.

Herliana, O., & Ujiono, I. (2015). Pengaruh Dosis Pemupukan pada Sistem Tanam Tumpangsari Terhadap Perumbuhan dan Hasil Jagung Manis dan Kedelai. Jur. Agroekotek, 7(2), 129–137.

Karima, S. S., Nawawi, M., & Herlina, N. (2013). Pengaruh Saat Tanaman Jagung dalam Tumpangsari Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan Brokoli (Brassica oleracea L. var. botrytis). Jurnal Produksi Tanaman, 1(3), 87–92.

Kuswantoro, H., & Maghfiro, L. (2015). Respons Beberapa Genotipe Kedelai Terhadap Naungan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang Dan Umbi 2015, 58–65.

Marliah, A., Jumini, & Jamilah. (2010). Pengaruh Jarak Tanam Antar Barisan pada Sistem Tumpangsari Beberapa Varietas Jagung Manis dengan Kacang Merah Terhadap Pertumbuhan dan Hasil. Jurnal Agrista Unsyiah, 14(1), 30–38.

Prasetyo, M., Trisnaningsih, U., & Tadjudin, E. (2019). Toleransi Berbagai Varietas Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Naungan. In Seminar Nasional Agroteknologi 2019 (pp. 171–184). Bandung: Jurusan Agroteknologi Universitsa Islam Negeri Sunan Gunung Djati.

Puspitasari, A., & Elfarisna. (2017). Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Varietas Grobogan dengan Penambahan Pupuk Organik Cair dan Pengurangan Dosis Pupuk Anorganik. In Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ (pp. 204–212). Jakarta.

Sundari, T. (2016). Penampilan Galur-galur Kedelai Toleran Naungan di Dua Lingkungan. Buletin Palawija, 14(2), 63–70. Retrieved from http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/11/14_23_Titik_63-70.pdf

Sundari, T., & Wahyuningsih, S. (2017). Penampilan Karakter Kuantitatif Genotipe Kedelai di Bawah Naungan. Jurnal Biologi Indonesia, 13(1), 137–147.

Turmudi, E. (2002). Kajian Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Dalam Sistem Tumpangsari Jagung Dengan Empat Kultivar Kedelai Pada Berbagai Waktu Tanam. Jipi, 4(2), 89–96.

Wahyuni, S., Trisnaningsih, U., & Prasetyo, M. (2018). Pertumbuhan dan Hasil Sembilan Kultivra Kedelai (Glycine max (L.) Merrrill) di Lahan Sawah. Agrosintesa Jurnal Ilmu Budidaya Pertanian, 1(2), 96. https://doi.org/10.33603/.v1i2.1934

Wijaya, A. A., Rahayu, H. D., Oksifa, A. R. H., Rachmadi, M., & Karuniawan, A. (2015). Penampilan Karakter Agronomi 16 Genotip Kedelai (Glycine max L. Merrill) pada Pertanaman Tumpangsari dengan Jagung (Zea mays L.) Pola 3:1. Jurnal Agro, 2(2), 30–40. https://doi.org/10.15575/436

Yuwariah, Y., Ruswandi, D., & Irwan, A. W. (2018). Pengaruh pola tanam tumpangsari jagung dan kedelai terhadap pertumbuhan dan hasil jagung hibrida dan evaluasi tumpangsari di Arjasari Kabupaten Bandung. Kultivasi, 16(3), 514–521. https://doi.org/10.24198/kltv.v16i3.14377




DOI: http://dx.doi.org/10.33603/agroswagati.v8i1.4057

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 Lupi Anggraeni, Umi Trisnaningsih, Siti Wahyuni
execute(); ?>