DISIPLIN BERBAHASA: SEBUAH ALTERNATIF PEMBINAAN TERHADAP PEMAKAI BAHASA INDONESIA

Bela Nurzaman

Abstract


Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tampaknya mulai meredup dewasa ini. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional di antaranya berfungsi sebagai lambang identitas nasional, alat pemersatu masyarakat yang berbeda latar belakag sosial budaya dan bahasanya, serta sebagai alat perhubungan antarbudaya antardaerah mulai ditinggalkan oleh penutur aslinya. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar kini mulai mengalami pergeseran di kalangan pemakainya. Hal demikian bukan tidak mungkin akan menjadi masalah bagi eksistensi bahasa Indonesia. Pemakai bahasa Indonesia perlu dibina. Bukan berarti anti terhadap bahasa asing, namun seorang pemakai bahasa juga harus punya sikap bahasa yang positif dan kebanggaan terhadap bahasa bangsanya. Salah satu sikap bahasa yang dapat dijadikan alternatif untuk pembinaan bahasa ialah dengan disiplin berbahasa. Disiplin berbahasa nasional merupakan pematuhan aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa Indonesia dengan memperhatikan situasi dan kondisi pemakaiannya. Setiap warga negara Indonesia, pada dasarnya adalah pemakai sekaligus pembina bahasa Indonesia. Tujuan utama pembinaan bahasa Indonesia ialah menumbuhkan dan membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

Keywords


Pembinaan Bahasa, Bahasa Nasional, Disiplin Berbahasa

References


Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Lambert, W.E. 1967. A Social Psychology of Bilingualism. Journal Issues 23:91-109.

Muslich, Masnur. 2012. Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Moeliono, Anton. M. 1985. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta: Djambatan.

Sumarsono dan Partana, Paina. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumowijoyo, Gatot Susilo. 1985. Bahasa Indonesia Baku (Kumpulan Makalah). Surabaya: Kopma IKIP Surabaya.




DOI: http://dx.doi.org/10.33603/jt.v6i1.1587

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2018 Jurnal Tuturan
execute(); ?>